Minggu, 06 September 2009

Kokeshi si Boneka Kayu

Kalau ngeliat boneka yang satu ini pasti langsug gemes. Apalagi tampangnya yang manis dan beraneka ragam. Mainan satu ini namanya kokeshi atau boneka kayu. Kokeshi, saat ini, di buat di seluruh penjuru negeri, tapi hanya di daerah Tohoku [ujung utara pulau Honshu], kokeshi masih dibuat dengan khusus dengan teknik yang diturunkan dari generasi sebelumnya. Kokeshi tradisional diperkirakan muncul pertama kali 200 tahun yang lalu, di sekitar masa-masa pertengahan jaman Edo [1603-1867].
Karena kokeshi hanya terdiri dari bagian kepala dan bagian tubuh saja -kedua bagian itu bisa dengan mudah dibentuk dengan menggunakan mesin bubut tradisional- boneka-boneka jenis ini pun segera dibuat di seluruh negeri, terutama setelah Perang Dunia II usai.
Dengan perkembangan ekonomi yang pesat, kokeshi yang tadinya memiliki desain yang unik di masing-masing daerah, dengan segera diproduksi secara massal sebagai suvenir, dan hingga sekarang masih tetap dijual sebagai salah satu di berbagai suvenir di berbagai tempat liburan di Jepang. Kebanyakan dari kokeshi yang dijual seperti ini, dikenal dengan nama kokeshi baru [shi’ngata], berlawanan dengan kokeshi tradisional [dento] yang akar sejarah dan tradisinya teretak jauh ke belakang.
Ada juga jenis kokeshi kreatif atau kokeshi sosoku yang merupakan karya yang dibuat dengan menggunakan mesin bubut untuk menyampaikan suatu tema tertentu.
Beberapa pengrajin mengkhususkan diri mereka dalam membuat kokeshi kreatif ini, dan karya mereka dijual di toko-toko khusus atau dipertunjukkan dalam pameran-pameran kesenian.
Kokeshi kreatif adalah fenomena yang relative masih baru, tapi hasil karya kokeshi jenis ini seringkali inspirasional dan sangat ekspresif dan, tidak jarang, memiliki nilai seni tinggi.

Autumn ~Menyambut Musim Gugur di Jepang~

Bagi kita yang tinggal di negara yang hanya mengenal musim kemarau dan penghujan, hari-hari penuh sinar matahari justru dimanfaatkan untuk melakukan aktifitas di luar rumah. Namun, di Jepang, saat musim panas suhu udara sangat panas. Karenanya orang Jepang lebih menyukai musim gugur dimana suhu udara lebih hangat untuk melkukan aktifitas di luar ruangan. Sebagai negara yang dikelilingin lautan, Jepang sangat terpengaruh oleh musim dan setiap musimnya miliki cirri khas yang cukup unik.
Musim gugur [aki] ditadai dengan bergantinya seragam sekolah musim panas yang tipis dan berlengan pendek menjadi seragam berwarna gelap dan bertangan panjang. Pakaian orang biasa pada umumnya pun mulai berganti dengan bahan wol.
Karena cuaca masih cukup hangat, biasanya pada bulan Oktober inilah diadakan undoukai [festifal olahraga]. Tanggal 10 Oktober dicanangkan pemerintah Jepang sebagai Taiku no Hi [Hari Kesehatan dan Olahraga] sebagai peringatan akan diadakannya Olimpiade di Tokyo tahun 1964. Pada hari ini di sekolah tidak ada pelajaran, tapi diganti dengan berbagai kegiatan olahraga. Mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas mengadakan perlombaan olah raga seperti lari estafet, basket, sampai ke permainan yang bersifat fun, seperti tarik tambang, lomba makan kue yang digantung di seutas tali dan permainan unik lainnya, mirip dengan perlombaan 17 Agustus-an di negara kita deh! Kegiatan undoukai ini tidak mementingkan juara, tetapi lebih kepada keakraban dan kerjasama antarsiswa. Bagi murid-murid sekolah dasar seringkali orang tua dilibatkan Dalam perlombaan, tidak hanya sekolah, kadang komunitas lingkungan atau perusahaan juga mengadakan undoukai bagi penduduk dan karyawannya, undoukai ini terbuka untuk umum hingga siapa saja boleh berpartisipasi.

Selama musim gugur, malam hari berubah menjadi lebih sejuk. Orang Jepang mengganti kebiasaan pergi mabuk-mabukan (tidak perlu ditiru-red) di bar di hari musim panas dengan dokusho yang berarti ‘membaca buku’. Udara musim gugur sangat cocok untuk tinggal di rumah, bergelut di balik selimut sambil membaca buku. Tapi bagi murid-murid yang mulai memasuki semester musim gugur, ini juga berarti mereka harus membca buku-buku pelajaran. Sejak jaman Heian, musim gugur mulai berkembang kebiasaan menikmati indahnya bulan [tsukimi] sambil mendengarkan permainan musik atau menulis puisi. Banyak puisi dan karya sastra yang terinspirasi oleh keindahan bulan purnama dan musim gugur.

Bila musim semi memiliki keindahan khas mekarnya bunga sakura, musim gugur di Jepang juga memiliki daya tarik aalam yang tak kalah indahnya. Koyoo atau dedaunan yang berubah berwarna karena perubahan musim sangat menarik dan indah, mengundang banyak orang dan turis untuk menikmatinya. Mulai dari warna hijau kekuningan hingga merah tua. Dedaunan yang paling cantik perubahan warnanya adalah momiji [pohon maple Jepang]. Banyak orang yang datang ke tempat-tempat di mana tumbuh banyak pohon momiji untuk piknik dan menenangkan pikiran. Kelebihan dari hanami yang identik dengan piknik meriah, menikmati momiji lebih tenang dan memang ditujukan untuk refreshing dan menyegarkan pikiran.
Di Jepang, koyoo ini bergerak sesuai waktu. Hokkaido adalah daerah yang terlebih dahulu diwarnai oleh koyoo dan momiiji. Di ikuti Tohoku dan Kanto di awal Oktober, lalu Nikko, Kansai, Shikoku, dan Kyus diprtengahan Oktober bulan November momiji dapat terlihat di Hakone, Tokyo dan terakhir di Kyoto. Momiji ini bertahan warnanya hingga bulan Desember. Daerah yang banyak dikunjungi antara lainKyoto, yaitu di Tofukuji, Kotoin, dan Eikando yang kebanyakan di sepuar kuil. Tokyo juga memilki tempat momiji yang indah, seperti di Rikugien Yoyogi Koen dan Koishikawa Korakuen. Sementara di luar kota terdapat di Gunung Takao, hutan Nikko. Dan daerah dekat danau di Hakone serta Lembah Nishizawa.

Seperti musim-musim yang lain, musim gugur juga memiliki makanan khas. Apalagi suhu yang cukup nyaman membuat selera makan menigkat. Karenanya setelah dikenal istlah Shokuyoku no aki [autumn appetite]. Di musim ini cuaca cukup baik membuat orang senang berpiknik di luar rumah. Sambil menikmati indahnya momiji , mereka menyantap hidangan musim gugur. Bahan pangan yang identik dengan musim gugur di Jepang adalah jamur matsutake yang hanya tumbuh dihutan pinus merah dengan keadaan tanag dan cuaca khusus, membuatnya sangat enak untuk dimakan. Karena itu jamur matsutake ini sangat mahal, sebuahnya bisa berharga 1000 yen! Buah yang menjadi khas musim gugur adalah kuri [buah kastanye], buah anggur, pir, jeruk, mikan dan kaki [kesemek Jepang]. Buah kaki ini juga sering diawetkan dengan cara dikeringkan dan dimakan sebagai manisan. Daun momiji pun tidak hanya dinikmati keindahannya. Tapi juga disantap dengan cara digoreng dan dicelupkan ke saus. Daun momiji juga digunakan sebagai hiasan berbagai hidangan khas musim gugur
Karena hawanya yang sejuk, musim gugur juga diwarnai dengan berbagai matsuri [festival] dan kegiatan, seperti pagelaran musik atau undou taikai [pertandingan olahraga]. Festival Lentera di Fukushima dan Festival Drum di Niihama adalah salah satu pagelaran musim gugur yang menarik. Festival Yabusame [memanah sambil berkuda] juga menjadi daya tarik di derah Koyama, Kagoshima. Sichi-Go-San matsuri yang dilangsungkan tanggal 15 November merupakan festival khusus utuk anak-anak berumur tiga [san], lima [go], dan tujuh [sichi] tahun.

Moshi-Moshi

Selamat datang di SakonTalk! Blog ini akan memberikankan berbagai informasi di seputar kehidupan penulis mulai dari budaya, hidangan, kisah-kisah, iptek, hingga hobi yang lebih terfokus pada negeri Sakura. Anda juga dapat memberikan komentar Anda mengenai artikel yang ditulis. Semoga bermanfaat.